Mendengar informasi dari seorang kawan bahwa ada beberapa album lawas dari group band musik legendaris, Koes Plus, yang direkam ulang, saya langsung hunting untuk membelinya. Namun hunting album ini tidak seperti "perburuan" sebelumnya, dimana saya langsung mendatangi toko khusus CD/kaset. Biasanya saya sangat semangat untuk mengunjungi toko CD/Kaset "Duta Suara". Niat "berburu" kali ini sangatlah santai karena bisa membelinya di mini market dekat rumah sembari membeli gula, kopi, tisu dan sabun mandi. Oh, ya sebagai informasi, beberapa album Koes Plus yang dirilis ulang itu, saya punya aslinya dalam bentuk Vinyl (piringan hitam). Dan beberapa CD album yang saya beli tersebut, sebetulnya saya sudah mendengar semua lagunya lewat vinyl maupun kaset,namun entah kenapa saya juga ingin punya dalam format CD.
Di mini market tersebut saya membeli sejumlah album, selain Koes Plus, saya juga membeli Album terbaru band "Jamrud" dan band "Setia" (eks-ST12). Oh, ya selain album yang saya sebutkan, ternyata masih adalagi album dari band indonesia yang dijual di Mini Market tersebut.
Sejak terjadinya "revolusi" di dunia digital, sistem distribusi musik pun mengalami perubahan. Dahulu kita harus mencarinya di toko kaset/CD, saat ini kita bisa membayar secara online dan mendownload secara legal album kesukaan kita tersebut. Bagi yang ingin memiliki dalam bentuk fisik, bisa membelinya secara online, dan barang langsung sampai dirumah. Tidak hanya itu, untuk album-album dari band tertentu kita juga bisa membelinya lewat restoran ayam goreng cepat saji, sepeti Kentucky Fried Chicken (KFC).
Kini para label memiliki alternatif tempat penjualan baru, selain di toko kaset/CD. Dengan sistem bundling dengan paket makanan, album CD bisa cepat laris. Tidak cukup itu, dengan jumlah outlet KFC yang mencapai ribuan, distribus album tersebut jadi lebih mudah dan lebih merata.Terobosan metode penjualan lewat "Mini Market" ini lebih dahsyat lagi. Apalagi kita mengetahui sebaran Mini Market jauh melampui gerai ayam goreng cepat saji tersebut. Maraknya pembangunan Mini Market bisa menjadi peluang baru dalam distribusi album. Di Jakarta misalkan, mini market bisa kita jumpai dihampir sepanjang jalan. Bahkan antar mini market hanya berjarak 100 meter saja.Artinya daya jangkau masyarakat untuk membeli jadi lebih"dekat". Mereka tidak perlu bersusah-payah mempersiapkan diri dan datang mengunjungi toko CD/kaset. Untuk soal cost, konsumen jadi diberikan keringanan (lebih irit)
Kemudian bagaimana nasib Toko Kaset/CD yang khusus menjual barang-barang hasil rekaman tersebut? Apakah akan mati/tutup? Seiring dengan akan banyaknya model distribusi yang tergolong "ekstrim". Seorang kawan berceloteh, bisa jadi nanti CD dijual seperti orang menjual rokok dipinggir jalan. Hmm...bisa jadi ..:)
Yang perlu diketahui bahwa space yang dimiliki Mini Market sangat terbatas, mereka tidak mungkin "memajang" puluhan atau bahkan ratusan CD/Kaset di"rak" penjualan. Kecuali jka pemilik Mini Market menambah space untuk menjual album terbaru dari banyak band.Lalu bagaimana nasib toko CD/Kaset? Menurut saya, mereka masih akan eksis. Dengan space yang dimiliki mereka bisa memuat album dari puluhan dan bahkan ratusan. Mereka juga bisa memuat album-album Legend atau yang menjadi album koleksi kolektor. Dengan update album setiap minggu, bulan atau tiga bulanan, toko CD/Kaset harus rajin-rajin mempromosikan album terbaru dan koleksi album lainnya, sehingga akan mengundang pembeli datang. Tidak cukup itu, Toko CD/Kaset juga harus melakukan layanan paripurna yang memudahkan konsumen untuk bertransaksi, misalkan dengan melakukan penjualan secara online, via official website. Dengan demikian, pembeli tidak hanya datang dari
satu lokasi, namun juga dari lokasi yang berjauhan, antar pulau dan antar benua.
Bagi penyuka musik seperti saya, hadirnya album yang bisa dimiliki dalam format digital, belum bisa memuaskan rasa "kepemilikan". Saya harus memilikinya juga secara fisik. Ada semacam perasaan puas jika saya memiliki album yang bisa dipegang, dibaca dan dipajang dan dipandangi. Apalagi album dari band yang secara kreatif mencetak bentuk fisiknya. Misalkan dalam soal packaging dan desain. Jika desain dan packaging dari album tersebut "Ciamik" maka dipastikan akan banyak yang tertarik untuk membeli secara fisik. Saya tergolong penyuka CD/kaset seperti dalam format yang aneh-aneh dan kreatif. Dalam sebuah kesempatan, saya Kadang mengunjungi toko CD/Kaset saya membeli dan album dari salah satu band yang kurang saya sukai, namun karena format desainnya bagus saya menjadi kepincut untuk memilikinya.
Dengan metode penjualan album yang kreatif, sangat mungkin bisa mengurangi angka pembajakan. Bagi mereka yang gemar dan menjadi salah satu fans band tertentu, sangat tidak sudi untuk membeli album bajakan band yang digemari tersebut. Apalagi jika album tersebut dilengkapi dengan privat item lainnya, seperti sampul yang ditandatangani, atau album yang dijual dengan bundling merchandise lainnya, seperti syal, T-shirt, juga pin.
Dengan sistem penjualan yang menyasar "lebih dalam" lagi kepada konsumen,baik dalam hal pola distribusi dan kreativitas "kemasan", para musisi seharusnya tidak takut lagi untuk dibajak. Mereka juga jangan segan-segan membangun kemitraan dengan pihak lain dalam soal distribusi, sehingga ketika mereka meluncurkan album hari ini, besok para penggemar dan penikmat musik sudah bisa membelinya di toko-toko terdekat dengan harga yang sangat terjangkau. Dan jangan ketinggalan, para musisi dan label juga jangan henti-hentinya melakukan kampanye anti-pembajakan. Dengan demikian para musisi bisa lebih kreatif lagi mencipta tanpa takut "patah arang" hasil karyanya akan dibajak.
Kamis, 28 Juni 2012
Nasib toko kaset
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar