Get 4Shared Premium! TrialPay Referral Program

Kamis, 28 Juni 2012

Benyamin on Jazz


Bila Anda ingin mendengarkan tembang betawi yang dibawakan Benyamin Sueb dalam komposisi Jazz. Album "Benyamin on Jazz" yang dilansir bulan lalu sangat layak Anda dengar. Kehadiran album "Tribut to The Legend" itu ternyata merupakan kado dari para musisi jazz muda kepada mendiang "Benyamin Sueb" saat Java Jazz Maret 2012 lalu.
12 Tembang Populer dirilis ulang dengan sangat apik oleh sejumlah musisi yang mencoba berkontribusi dengan merubah aransemen lagu menjadi sangat berbeda dari versi aslinya. Duabelas tembang betawi itu adalah "Paling Enak", "Nonton Bioskop","Perkutut", "Sang Bango", "Nangke Lande", "Janda Kembang", "Gerimis Aje", "Superman", "Badminton", "Keluarga Gila", "Kompor Meleduk", dan "Disini Aje/Timbel".
Diawali dengan lagu "Paling Enak" yang dibawakan dengan baik oleh Band asal Jakarta "Soundshine feat R2 Rhythm". Lagu banyolan Benyamin dirubah dengan sangat kreatif. Kombinasi irama jazzy yang dipadu dengan irama Rap besutan R2 Rhythm menjadi asyik untuk dinikmati, apalagi timpalan dua penyanyi Adrian Soemantadireja dengan Avia Athalia menjadikan lagu tersebut menjadi sangat berbeda dengan versi aslinya.
Hal yang sama juga terjadi dalam gubahan lagu "Nonton Bioskop". Grup band "Subway Heat" membawakannya dengan sangat rapi. Improvasi dimainkan dengan sangat dinamis, hingga nada-nada yang sulit diduga dan dihadirkan pada bagian tengah lagu, misalkan saat sessi "nge-jam" soundshine menaruh unsur keyboard membuat irama lagu tersebut menjadi lembut.
Lain lagi dengan "Perkutut" yang dibawakan dengan pola accoustic oleh Indra Aryadi. Indra yang sangat kental dengan permainan gitar akustiknya yang kemudian dikombinasikan dengan permainan bass solo-nya Zoultan Renaldi menjadikan "perkutut" terdengar lebih Jazzy. Pembawaan vokal "Britnets" yang bening dan lamban membuat unsur nada gombong-kromong tereduksi menjadi pola Jazz, dan bahkan vokal yang seperti Nyinden menjadikan "perkutut" menjadi lebih "Jawi" dari pada Betawi.
Tembang Benyamin "Sang Bango" dibawakan dengan nuansa Jazz yang dipadu dengan irama yang agak nge-beat. Permainan Violin Didiet patut diacungi Jempol. Pengalaman Didiet mengiringi sejumlah musisi senior Jazz seperti dwiki Dharmawan, Addie MS dan Erwin Gutawa sedikit banyak mempengaruhi pola gubahan lagu. Pola pindahan antar nada, dan beat-beat yang dimainkan, mengingatkan saya pada permainan musik Karimata.
"Gerimis Aje" yang coba dinyanyikan ulang oleh Inna Kamarie terdengar begitu menjadi lebih Softly dan sopan. Nada Jazz yang membalut lagu ini ditimpali sempurna dengan suara Inna yang tipis namun lembut. Dialog antar penyanyi pada pertengahan lagu yang biasa dibawakan Benyamin dengan Ida Royani, dibawakan sukses oleh Inna dengan model dialog yang dimodif dan terdengar lebih trendy dan funny.
Lagu kocak "Superman" juga sukses dibawakan oleh sang penggubah, Yessi Kristianto Project". Lagu yang memang ditulisan dengan syair campuran, inggris dan indonesia dibawakan dengan baik oleh Yessi Kristianto Projet dengan sangat bagus. Improvisasi yang keren, Nada-nada ang sangat Jazzy yang ditimpali dengan backing vokal menjadikan lagu superman ini menjadi beda dengan versi aslinya. Improviasi jazz dibawakan degan baik, permainan piano dengan synthesizer dimainkan dengan sangat apik yang ditimpali dengan permainan gitar yang mumpuni. Nuansa jazz sangat kental didalamnya. Vokalis Albert Fakdawer, sepertinya ingin melepaskan diri dari gaya vokalnya Benyamin. beberapa nada tinggi dimainkan dengan sangat baik.
Badminton yang dibawakan Krishna Balagita Trio menjadi tembang yang intrumen yang paling apik di album ini. Kepiawaian mantan personel "Ada Band" ini memainkan piano, menjadikan Badminton penuh dengan improvisasi permainan Krishna. Ditingkahpolai oleh permainan Drum Bani Abdurachman membuat lagu ini menjadi sangat kental dengan nuansa jazz-nya.
Dari sejumlah lagu karya Benyamin tidak semuanya dimainkan dengan baik oleh para musisi. Mengubah dengan improvisasi yang penuh dengan subjectivitas sang penggubah, kadang harus lebih diperhatikan saat lagu dimainkan dengan unsur dominan dari alat musik. Seperti yang terjadi dalam tembang "Nangka Lande" yang digubah Indro Hardjodikoro. Permainan bass yang sangat mumpuni dari seorang Indro dipadukan dengan suara kendang sunda yang sangat dominan menyebabkan suara bass menjadi tenggelam. Tidak hanya itu, "Nangke Landa" yang dibawakan dengan nada datar oleh penyanyi aslinya harus diterjemahkan dalam irama bass namun dalam besutan Kendang Sunda yang sangat ramai. Disini terjadi ketidaksinkronan dan menyebabkan distorsi suara. Sekalipun demikian, Indro berupaya menutupi kekurangan dengan solo bass pada bagian tengah hingga akhir lagu.
Tribute buat Benyamin tidak semuanya dibawakan dengan tingkat kemiripan 100 persen. Selain ada gubahan dalam hal musik, ternyata diubah juga dalam lafal dan ucapan lirik. Hal ini menyebabkan, lagu tidak lagi terlihat kekentalan logat Betawi namun terdengar lebih nasional. Misalkan yang terdapat dalam tembang "Janda Kembang" Lagu dibawakan dengan sangat lamban dan penuh dengan improvisasi. Lagu yang aseli betawi menjadi sedikit berubah karena perubahan lirik seperti "Janda" yang disering diucapkan oleh penyanyi aslinya "Jande", juga "Aye" menjadi "Saya"
Perubahan hasil improvisasi dalam Jazz memang sah-sah saja, namun bagi penggemar yang sudah terbiasa dengan lagu aslinya, hasil "gubahan" menjadi sangat asing didengar. Sekalipun demikian, album produksi RPM Recods ini sangat layak didengar dan diapresiasi sebagai karya Jazz yang kreatif oleh generasi muda yang mengidolakan bintang yang juga legenda musik Indonesia, Benyamin Sueb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar